Tradisi Nguras Enceh Imogiri adalah tradisi mengganti air enceh ( gentong ) yang dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan suro khusunya hari jum’at kliwon. Upacara ini diadakan di makam raja – raja imogiri. upaca ini dilaksanakan setelah upacara ngarak enceh. Yang digelar pada hari sebelumnya. Banyak masyarakat yang datang untuk melihat ritual upacara ini baik dari luar jogja maupun dalam kota jogja sendiri. Kebanyakan dari mereka datang untuk mendapatkan air bekas untuk mencuci enceh. Mereka percaya bahwa air tersebut membawa berkah. Tradisi nguras enceh yang digelar, Jumat (23/12) siang digelar sejak tahun 1645 atau pasca Sultan Agung wafat. Nguras enceh punya makna mengganti air dalam gentong yang ditampung selama setahun. Sementara air dalam enceh diambil dari Pegunungan Bakung Mangunan Dlingo atau 7 km timur makam raja. Air dalam enceh sudah dicampur dengan zam-zam. Warga percaya, terdapat khasiat dalam air tersebut yang mampu menyembuhkan sejumlah penyakit serta memberikan keselamatan.
Peristiwa ini sangat ditunggu tunggu oleh masyarakat hal ini terbukti dengan mebludaknya pengunjung setiap kali event ini digelar. Mereka pada dasarnya ingin memperebutkan luberan air untuk mencuci keempat enceh tersebut. Hal ini didasari atas kepercayaan mereka dimana air tersebut jika diminum akan mendatangkan berkah baik sebagai penyembuh penyakit maupun sebagai pendatang rejeki. Dan ada sebagian masyarakat yang lain air enceh tersebut memiliki kandunagn air zam-zam