SLEMAN – Berkaca pada kejadian salah satu mahasiswa yang membobol stasiun pemantauan gunung merapi, SAR DIY memaparkan perlunya edukasi terkait survival atau bertahan hidup di alam. Khususnya dalam pendakian gunung.
Staf operasional SAR DIY, Eko Susilo, memaparkan bahwa dalam pendakian faktor yang terpenting adalah batas daya si pendaki. Hal itu terkait kekuatan fisik, mental, dan skill atau pengetahuan tentang alam.
“Dari sebelum pendakian harus dipersiapakan kebutuhan pendakian dari segi personal, maupun tim,” ujarnya, Minggu (30/11/2014).
Dalam melihat insiden dibobolnya stasiun pemantauan, dia menilai bahwa hal tersebut bisa menjadi pembelajaran bahwa kemampuan bertahan hidup di alam sangatlah penting.
“Kalau melihat mahasiswa tersebut mengkonsumsi logistik di stasiun tersebut, bisa diasumsikan bahwa dia tidak mempersiapkan sendiri logistiknya” jelas Eko.
Dijelaskannya lagi, saat mendaki, perhitungan logistik diperhitungkan dengan lamanya orang tersebut akan mendaki. Apabila dalam pendakian akan menghabiskan waktu dua hari, maka orang tersebut harus membawa perbekalan untuk tiga hari atau lebih.
Apabila memang dalam keadaan darurat dan kondisi logistik habis, maka pendaki tersebut harus jeli melihat alam dan memanfaatkannya.
Hal itu juga terkait bahwa pendaki harus mengetahui jenis-jenis tanaman yang bisa dikonsumsi. Adapun ciri-ciri tanaman yang dapat dikonsumsi adalah tidak berwarna mencolok, tidak berbulu, tidak
berduri dan bila bergetah saat dioleskan ke tangan tidak menimbulkan rasa gatal.
Dicontohkannya tanaman tersebut antara lain pakis, begonia, dan arbei hutan. Selain itu pendaki harus tau dimana sumber air berada. Selain kelengkapan logistik tersebut, pendaki harus mempersiapkan kelengkapan pendakian. Antara lain berupa tenda, alat penerangan, alat memasak, peluit, tali temali, dan alat navigasi berupa peta dan kompas.
Sumber : Tribunjogja