GUNUNGKIDUL – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS sejak beberapa pekan terakhir mulai berdampak terhadap industri tahu dan tempe di Gunungkidul. Untuk menyiasati melambungnya biaya produksi, para pengrajin bersiap untuk mengecilkan ukuran produknya.
Seorang pengrajin tempe di Wonosari, Rubiyono mengatakan, usaha tempe yang dijalankannya bergantung terhadap pasokan kedelai impor.
Dengan merosotnya nilai rupiah ini, otomatis biaya produksi makin besar.
Saat ini harga kedelai impor Rp7.400 per kilogram (kg) padahal sebelumnya berkisar Rp5.700 – Rp6.500 per kg. Kenaikan harga yang mencapai lebih dari Rp1.000 per kg tersebut dirasa memberatkan pedagang.
“Sekarang mulai terasa,” kata Rubiyono saat ditemui di tempat usahanya di Dusun Tegalsari, Siraman, Selasa (25/8/2015).
Sumber : Tribunjogja